Saturday, 26 February 2011

Makalah Minat Baca

MAKALAH
KURANGNYA MINAT PELAJAR DALAM MENGGUNAKAN
BAHASA INDONESIA BAKU

Diajukan guna memenuhi tugas akhir
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Guru Pengampu: Sri Hastuti, S.Pd











Disusun Oleh:
Nama : ZUMROTUS SYARIFAH
Jurusan : IPS

MADRASAH ALIYAH MISBAHUL ULUM
PASUCEN-TRANGKIL-PATI
TAHUN 2011 
KATA PENGANTAR


Bismillahirrohmanirrohim.
Tiada yang pantas terucap selain puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, taufiq maupun karunia-Nya, sehingga Penulis mampu menyelesaikan makalah ini tanpa kendala yang berarti. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkankepada junjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan Syafaatnya kelak.
Ucapan terima kasih pertama penulis tujukan kepada kedua orang tua, kepada ibu atas curahan kasih sayangnya yang tak pernah putus serta pengorbanannya. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak di antaranya:
1. Bapak Ali Imron, S.Ag, selaku ketua Yayasan Al-Istiqomah,
2. Bapak Ahmad Sufahadi, S.Pd.I, selaku Kepala Madrasa Aliyah Misbahul Ulum,
3. Ibu Sri Hastuti, S.Pd, selaku guru Bahasa Indonesia yang selalu membimbing penulis dalam penyelesaian makalah ini,
4. Para Guru dan Karyawan Misbahul Ulum yang banyak memberikan saran dan kritik yang membangun atas makalah ini,
5. Pengurus HPM dan semua teman-teman yang telah sudi meluangkan waktunya untuk membantu penulis.
Tiada satupun manusia di dunia ini yang terlahir sempurna. Dan penulis sangat menyadari akan ketidak sempurnaan penulis dalam menyusun makalah ini, maka dari itu sudilah kiranya saran dan kritik yang menbangun dari pembaca guna perbaikan di masa yang akan datang.

Penulis


ZUMROTUS SYARIFAH

DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Bahasa Indonesia Baku 3
1. Keberagaman Dalam Penggunaan Bahasa Indonesia 3
2. Pengertian Bahasa Baku 3
3. Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar 5
B. Minimnya Penggunaan Bahasa Baku 7
C. Menanamkan Minat Penggunaan Bahasa Baku Bagi Generasi Muda (Pelajar) 8
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11


BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Bahasa baku merupakan bahasa yang sesuai dengan EYD. Kita sebagai pelajar sekaligus warga Negara Indonesia harus bangga menggunakan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Tapi kenyataannya di negara kita banyak pelajar yang kurang memahami arti arti bahasa baku, sehingga pelajar kurang berminat untuk menggunakannya, itu terlihat dari keseharian mereka yang senang menggunakan bahasa gaul daripada bahasa baku.

Memang tidak bisa dipaksakan pelajar harus menggunakan bahasa baku dalam kesehariannya di lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi, karena mereka lebih senang menggunakan bahasa daerah mereka masing - masing.

Sebagai bahasa nasional dan bahasa mereka ( Negara ), usia bahasa Indonesia sudah lebih separuh abad. Jika dianalogikan dengan kehidupan manusia dalam rentan usia tersebut mestinya sudah mampu mencapai tingkat “ kematangan “ dan “ kesempurnaan “ hidup, sebab sudah banyak merasakan liku - liku dan pahit getirnya perjalanan sejarah. Namun seiring bertambahnya usia, bahasa Indonesia justru dihadang banyak masalah, pertanyaan bernada pesimispun bermunculan.

Agaknya pemahaman, penghayatan, dan penghargaan kita terhadap bahasa nasional dan negara sendiri belum tumbuh secara maksimal dan proporsional. Padahal tak henti - hentinya Pemerintah mengajurkan untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan di atas, kelompok kami akan berusaha mengemukakan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah bahasa baku itu ?
2. Apakah penyebab kurangnya minat pelajar dalam menggunakan bahasa baku ?
3. Bagaimana upaya untuk meningkatkan minat pelajar menggunakan bahasa baku ?
Dengan adanya pembatasan makalah ini, penulis berharap agar permasalahan akan dapat dibahas dengan detail.

C. Tujuan

Agar kita lebih memahami apa itu bahasa baku dan mengetahui sebab - sebab mengapa para generasi muda pada umumnya dan di kalangan pelajar pada khususnya kurang berminat menggunakan bahasa baku, serta mengetahui bagaimana cara meningkatkan minat penggunaan bahasa baku di kalangan pelajar.

BAB II
PEMBAHASAN


A. Bahasa Indonesia Baku
1. Keberagaman Dalam Penggunaan Bahasa Indonesia (Tidak Baku)
Sebagai bahasa yang hidup, bahasa Indonesia telah dan akan terus mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan masyarakat pemakainya. Luasnya wilayah pemakaian bahasa Indonesia dan keanekaragaman penuturnya serta cepatnya perkembangan masyarakat telah mendorong berkembangnya berbagai ragam bahasa Indonesia dewasa ini. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh kelompok-kelompok masyarakat penutur yang berbeda latar belakangnya baik dari segi geografis maupun dari segi sosial menyebabkan munculnya berbagai ragam kedaerahan ( ragam regional ) dan sejumlah ragam sosial. Untuk itu perlu direkonstruksi kembali agar penggunaan bahasa Indonesia yang baku menemukan kembali bentuknya setelah terkontaminasi seiring bergulirnya waktu. Dalam hal ini perlu kita kenali lebih lanjut apa itu bahasa yang baku, karena dewasa ini penggunaan bahasa yang tidak baku telah menginterferensi bahasa Indonesia, bukan hanya dalam percakapan sehari - hari melainkan telah merambah ke media - media masa baik cetak maupun elektronik, yang seharusnya melalui wahana ini bahasa Indonesia yang notabene adalah bahasa persatuan dijadikan sebagai unsur utama. Bahkan yang lebih ironis lagi adalah ada pejabat ataupun orang - orang penting di negeri ini yang berbicara menggunakan bahasa yang jelas - jelas tidak baku di depan di saran televisi dan disaksikan oleh jutaan penduduk Indonesia, lalu siapa lagi yang akan diharapkan bisa mendidik para generasi muda tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baku kalau bukan dimulai dari diri kita sendiri.

2. Pengertian Bahasa Baku
Bahasa baku adalah bahasa yg dijadikan norma pemakaian bahasa yang benar. Kaidah standar bahasa baku ada tiga yaitu : EYD, Tata Bahasa Baku dan Kamus Umum.
Pembakuan bahasa mencakup tiga hal :

a. Pengucapan
Pembakuan bahasa lisan lebih sulit daripada tulisan, sebab dalam bahasa lisan banyak Terpengaruh bahasa asing / daerah
Contoh :
Kalau kita meminta seseorang mengambilkan sesuatu, dalam kehidupan sehari -hari kita akan mengatakan " Tolong ambilin...", padahal seharusnya " Tolong ambilkan..."
b. Penulisan
Pembakuan bahasa tulis dapat dibantu dengan KBBI & EYD, sehingga tidak terlalu sulit.
c. Struktur
Yang dimaksud dengan struktur adalah susunan atau urutan.
Contoh :
Saya akan mendidik itu anak agar mengenal disiplin. Seharusnya : Saya akan mendidik anak itu agar mengenal disiplin.
Ciri - ciri bahasa baku
a) Tidak dipengaruhi bahasa daerah.
Tidak baku : ape, bokap, nggak
Baku : apa, bapak, tidak
b) Bukan merupakan bahasa percakapan.
Tidak baku : Kenapa, ntar
Baku : Mengapa, nanti
c) Pemakaian imbuhan secara eksplisit.
Tidak baku : Ia kerja keras
Baku : Ia bekerja keras
d) Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat.
Tidak baku : lebih besar dari
Baku : lebih besar daripada
e) Tidak rancu
Tidak baku : barusan
Baku : baru saja
f) Tidak mengandung makna berlebihan.
Tidak baku : para hadirin, zaman dahulu kala
Baku : hadirin, zaman dahulu
g) Tidak berlebihan dalam kesalahan penulisan
Tidak baku : insyaf, syaraf,ahir
Baku : insaf, saraf, akhir
h) Sesuai kaidah kebahasaan.
Tidak baku : Disekolah, di ambil
Baku : Di sekolah, diambil
Dan inilah contoh - contoh kata yang TIDAK BAKU lainnya:
Apotik Ijin Ijasah Atlit
Silahkan Sepedah Jaman Nopember
Dirubah Hipotesa Analisa Diagnosa
Jum'at Aktifitas Kreatifitas Mamah
dan masih banyak lagi.
Sedangkan kata-kata yang BAKU:
Apotek Izin Ijazah Atlet
Silakan Sepeda Zaman November
Dirubah Hipotesis Analisis Diagnosis
Jumat Aktivitas Kreativitas Mama
3. Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar

Kurangnya pemahaman terhadap variasi pemakaian bahasa berimbas pada kesalahan penerapan berbahasa. Secara umum dan nyata perlu adanya kesesuaian antara bahasa yang dipakai dengan tempat berbahasa. Tolok ukur variasi pemakaian bahasa adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan parameter situasi. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma yang berlaku dan sesuai dengan kaidah - kaidah bahasa Indonesia (Sugono, 1994 : 8)
a. Bahasa Indonesia yang baik
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan noma kemsyarakatan yang berlaku. Misalnya dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu terikat pada patokan. Dalam situasi formal seperti kuliah, seminar, dan pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal yang selalu memperhatikan norma bahasa.
b. Bahasa Indonesia yang benar
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraph, dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditatati secara konssiten, pemakaian bahasa dikatakan secara benar. Sebaliknya jika kaidah - kaidah bahasa kurang ditaati, pemakaian bahasa itu dianggap tidak benar atau tidak baku. Hymes (1974) dalam Chaer (1994:63) mengatakan bahwa suatu komunikasi dangan menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsur yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni :
1) Setting and Scene, yaitu unsur yang berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya percakapan. Contohnya, percakapan yang terjadi di kantin sekolah pada waktu istirahat tentu berbeda dengan yang terjadi di kelas ketika pelajaran berlangsung
2) Participant, yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan. Contohnya : antara karyawan dengan pimpinan. Percakapan antara karyawan dan pimpinan ini tentu berbeda kalau partisipannya bukan karyawan dan pimpinan, melankan antara karyawan dengan karyawan.
3) Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan. Misalnya, seorang guru bertujuan menerangkan pelajaran bahasa Indonesia secara menarik, tetapi hasilnya sebaliknya, murid-murid bosan karena mereka tidak berminat dengan pelajaran bahasa.
4) Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dari isi percakapan. Misalnya dalam kalimat :
a) Sinta berkata dalam hati, “Semoga aku diterima di pergurua tinggi negeri “.
b) Sinta berkata dalam hati, semoga dia diterima di prguruan tinggi negeri.
Perkataan “semoga aku diterima di perguruan tinggi negeri” pada kalimat (1) adalah bentuk percakapan, sedangkan kalimat (2) adalah contoh isi percakapan.
5) Key, yaitu menunjuk pada cara atau semangat dalam malaksanakan percakapan.
6) Instrumentalities, yaitu yang menunjuk pada jalur percakapan apakah secara lisan atau bukan.
7) Norm, yaitu yang menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan.
8) Genres, yaitu yang menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan

B. Minimnya Penggunaan Bahasa Baku
Penggunaan bahasa tidak baku sudah tidak bisa lagi dibendung keberadaannya. Mulai dari media sebagai tonggak pengarah masyarakat, apa yang diungkap media itulah yang akan diikuti masyarakat, terutama masalah kebahasaannya yang sering kali memakai bahasa asing ataupun bahasa gaul untuk menarik perhatian masa agar tertarik pada apa yang ditawarkan media tersebut.
Pada kenyataannya hanya sebagian saja dari seluruh orang Indonesia yang peduli dengan hidup matinya bahasa Indonesia, terlebih lagi penggunaan bahasa yang baku. Sebagiannya lagi memilih tidak peduli. Sebagai warga negara Indonesia, kita selayaknyalah peduli dengan kehidupan dan perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.
Dewasa ini, pemakaian bahasa Indonesia yang baku baik dalam kehidupan nyata maupun dalam dunia film mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul. Dengan memakai bahasa gaul tersebut, pemakainya akan dikatakan sebagai orang kota yang modern dan bukan orang daerah yang kurang modern. Anggapan seperti ini jelas salah karena bahasa gaul tersebut sebenarnya sangat dekat dengan bahasa Betawi yang merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia. Antara bahasa Indonesia dan bahasa gaul tentunya lebih modern dan lebih maju bahasa Indonesia. Hal ini karena bahasa Indonesia merupakan bahasa tingkat nasional yang berasal dari bahasa-bahasa daerah di Indonesia dan bahasa asing.
Dunia film nasional di Indonesia juga tidak lepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Tidak jarang pemakaian bahasa gaul muncul dalam pembicaraan tokoh-tokoh dalam film nasional di Indonesia. Hal ini menjadi salah satu penyebab pemakaian bahasa gaul ( tidak baku ) oleh pelajar di Indonesia semakin luas karena para aktor dan aktris idolanya yang memainkan peran dalam film-film nasional tersebut berbahasa gaul. Sebagian masyarakat terbukti menirukan bahasa gaul yang dipakai oleh para tokoh dalam film nasional yang mereka tonton. Sebagai film nasional seharusnya tidak memakai bahasa gaul dalam percakapan para tokohnya karena bahasa gaul bukanlah bahasa nasional. Bahasa yang dipakai dalam film nasional seharusnya juga bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia.
Peniruan bahasa gaul oleh masyarakat luas di Indonesia tentu saja berdampak negatif terhadap pemakaian bahasa Indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan pada masa yang akan datang. Saat ini sudah jelas bahwa di masyarakat kita terdapat pemakaian bahasa yang tidak baku dan parahnya lagi generasi muda atau pelajar Indonesia juga tidak lepas dari pemakaian
C. Menanamkan Minat Penggunaan Bahasa Baku Pada Generasi Muda (Pelajar)

Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul ( tidak baku ) yang digunakan oleh kalangan pelajar dan sebagian masyarakat Indonesia modern, perlu adanya tindakan nyata dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.

Berkaitan dengan pemakaian bahasa tidak baku dalam dunia nyata dan fiksi yang menyebabkan interferesi ke dalam bahasa Indonesia dan pergeseran bahasa Indonesia tersebut di atas, ada hal-hal yang perlu dilakukan.
Pertama, menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para generasi penerus bangsa ini (pelajar) bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus kita utamakan penggunaannya. Dengan demikian, mereka lebih mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar daripada bahasa gaul ( tidak baku ). Penyadaran ini dapat dilakukan oleh para orang tua di rumah kepada anak-anak mereka. Dapat pula dilakukan oleh para guru kepada para siswa mereka. Selain itu, pihak pemerintah dapat bertindak secara bijak dalam menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia di negara kita. Sebagai contoh, pemerintah menerbitkan Undang-Undang Kebahasaan.
Kedua, menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam diri generasi bangsa dan juga masyarakat luas untuk memperkukuh bangsa Indonesia dengan penggunaan bahasa Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang dapat kita gunakan untuk merekatkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Dengan menanamkan semangat tersebut, masyarakat Indonesia akan lebih mengutamakan bahasa Indonesia daripada menggunakan bahasa gaul. Cara menanamkannya dapat dilakukan di rumah, sekolah, dan di masyarakat.
Ketiga, pemerintah Indonesia harus menekankan penggunaan bahasa Indonesia dalam film-film produksi Indonesia. Dengan penggunaan bahasa Indonesia secara benar oleh para pelaku dalam film nasional yang diperankan aktor dan aktris idola masyarakat, masyarakat luas juga akan mengunakan bahasa Indonesia seperti para idola mereka tersebut.
Keempat, meningkatkan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dan di perguruan tinggi. Para siswa dan mahasiswa dapat diberikan tugas praktik berbahasa Indonesia dalam bentuk dialog dan monolog pada kegiatan bermain drama, dalam bentuk diskusi kelompok, penulisan artikel dan makalah, dan juga dalam bentuk penulisan sastra seperti cerita pendek dan puisi. Dengan praktik-praktik berbahasa Indonesia tersebut, dapat mengembangkan kreativitas berbahasa Indonesia mereka dan juga dapat membiasakan mereka berbahasa Indonesia secar baik dan benar.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari pemaparan di atas, dapat ditarik beberapa simpulan penting terkait dengan kriteria bahasa Indonesia yang baku, dan korelasi antara aktivitas apa saja yang sangat berpengaruh terhadap penurunan ataupun peningkatan minat pelajar menngunakan bahasa Indonesia yang baku. Secara terperinci dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh kelompok-kelompok masyarakat penutur yang berbeda latar belakangnya baik dari segi geografis maupun dari segi sosial menyebabkan munculnya berbagai ragam kedaerahan ( bahasa tidak baku )
2. Bahasa baku adalah bahasa yg dijadikan norma pemakaian bahasa yang benar. Kaidah standar bahasa baku ada tiga yaitu : EYD, Tata Bahasa Baku dan Kamus Umum.
3. Penggunaan bahasa tidak baku sudah tidak bisa lagi dibendung keberadaannya. Mulai dari media sebagai tonggak pengarah generasi muda dan masyarakat, apa yang diungkap media itulah yang akan diikuti masyarakat,
4. Guna untuk meningkatkan minat berbahasa Indonesia yang baik dan benar (baku) perlu adanya langkah nyata dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah yang harus menegaskan penggunaan bahasa baku di media masa sampai pengajaran - pengajaran ekstra di lembaga - lembaga pendidikan.

B. Saran
Demikian sedikit pembahasan yang saya bahas mengenai ” Rendahnya Minat Pelajar Menggunakan Bahasa Baku “ dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. saya sadar bahwa kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Maka saya minta saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Terima kasih semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua khususnya pembaca yang budiman.


DAFTAR PUSTAKA



www.pusatbahasa.diknas.go.id./laman...,/28/01/2011/09.00


Shokodouofsastra.multiply.com , /28/01/2011/09.00


Alwi, Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

No comments:

Post a Comment